KATA PENGANTAR
Puji syukur ucapkan kehadirat
ALLAH SWT, yang telah
memberikan rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian sosial yang berjudul “Kelompok Sosial Lingkungan
Sekolah (Geng) Dan Perkelahian Bukan Simbol
Pelajar Kelas XII IPS
1”. Penelitian sosial ini di susun berdasarkan penelitian kami pada pelajar kelas XII IPS
1 dan merupakan salah satu tugas ujian praktek tahun pelajaran 2011/2012 di Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Gisting
Di zaman modern ini
banyak terbentuk kelompok sosial (geng) yang
mempengaruhi perilaku para pelajar, khususnya bagi pelajar kelas XII IPS 1.Dalam penelitian sosial ini penyusun
akan menguraikan tentang“Kelompok Sosial Lingkungan Sekolah (Geng) Dan Perkelahian
Bukan Simbol Pelajar Kelas XII IPS 1”.
Penyasun menyadari bahwa penelitian sosial ini masih
jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penyusun mengharapkan semoga penelitian
sosial ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama di dunia pendidikan dan
kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Gisting………..2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertemanan dengan teman-teman sebaya dalam masa remaja
menjadi hal atau pengaruh yang mendominasi dalam proses identifikasi dan
pengembangan dirinya dibandingkan lingkungan keluarga. Pertemanan dimulai
dengan satu, dua orang dan lambat laun jumlahnya akan semakin bertambah dan
memungkinkan terbentuklah suatu kelompok sosial remaja (geng) yang dasarnya
dilandasi oleh persamaan hobi, gagasan, gaya hidup dan sebagainya. Di dalam
kelompok sosial ini remaja memiliki kesempatan mengaktualisasikan dirinya
secara optimal, berbeda jika berada dengan orang-orang dewasa yang selalu
membatasi, mengkritik dan menyalahkan dirinya dalam bersikap dan berbuat.
Kelompok
Sosial ini terbentuk di berbagai lingkungan sekolah tingkat lanjutan seperti
sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan di perguruan tinggi.
Pada mulanya kelompok sosial geng merupakan sebuah komunitas tetapi tidak
jarang menjadi sebuah kegiatan yang negatif. Terlebih lagi Sekolah Menengah
Atas yang muridnya merupakan remaja yang secara psikologi kemampuan berpikir
mereka sedang berkembang, memperluas pergaulan sesama siswa dan berpaling
kepada teman sebaya yang lebih mengerti kondisi emosi kita. sehingga tidak
menerima lagi masukan orang tua secara mentah-mentah .dan sekolah merupakan
tempat kedua mereka setelah dirumah karena sebagian waktu mereka dalam sehari
mereka habiskan di sekolah. jadi sangat memungkinkan sekolah menjadi sarana
untuk hal tersebut.
Pemberitaan
mengenai kekerasan di lingkup pelajar seperti perkelahian antar siswa dalam
sebuah lingkungan pendidikan menjadi hal yang memprihatinkan dalam dunia
pendidikan. Di kelas XII IPS 1 yang memiliki sebutan sebagai kelas favorit seakan-akan
itu hanya sebuah nama.
Pelajar di kelas XII IPS 1 seharusnya memiliki
jiwa terpelajar yang mapu membawa dirinya dalam hal potensi akademik. Akan
tetapi, kompetisi hal akademik itu menjadi pudar tertutup oleh kompetisi dalam
hal kekuatan otot atau kekerasan yang ditonjolkan. Betapa tidak masih ada saja
perkelahian antar geng sekolah.
Berdasarkan uraian di atas kami mengambil judul dalam makalah
ini “kelompok sosial lingkungan sekolah (geng) dan perkelahian bukan
simbol pelajar kelas XII IPS 1”
B. Rumusan Masalah
Untuk
membahas masalah mengenai kelompok sosial lingkungan sekolah (geng) dan
perkelahian bukan symbol pelajar kelas XII IPS 1 maka dapat dirumuskan sebagai
berikut :
- Apakah yang dimaksud dengan kelompok sosial?
- Apakah yang dimaksud dengan geng?
- Apa saja faktor-faktor munculnya geng di sekolah?
- Mengapa sering terjadi perkelahian antar geng di sekolah?
- Bagaimana cara menghilangkan geng kekerasan di sekolah?
C.
Tujuan
Makalah
mengenai kelompok sosial lingkungan sekolah (geng) dan perkelahian bukan
simbol pelajar kelas XII IPS 1 memiliki beberapa tujuan, antara lain :
- Dari segi ilmu dapat memahami dan mengetahui makna kelompok sosial.
- Mengetahui tentang kelompok sosial khususnya geng dalam lingkungan pendidikan.
- Mengetahui penyebab adanya geng di dalam lingkungan sekolah.
- Mengetahui kegiatan geng secara mendalam.
- Memberikan pengetahuan tentang gambaran mengurangi kegiatan negatif geng.
- Manfaat
Penyusunan
makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi kami penulis dan pembaca. Semoga
dari makalah ini dicapai manfaat sebagai berikut :
- Menambah pengetahuan mengenai kelompok sosial
- Memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai efek positif dan negatif sebuah geng.
- Dalam bidang pendidikan diharapakan dapat membantu sebagai bahan tambahan pelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Soerjono Sukamto pengertian
kelompok sosial yang pertama adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah
orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan
bersama.
kedua, yaitu sejumlah orang yang
mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap
bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma; tindakan-tindakan yang
dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peranan (role)
masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama
lain.
Sedangkan geng merupakan salah satu
dari kelompok sosial yang dapat tercipta dalam lingkungan sekolah hal ini dapat
terjadi disebabkan karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak mungkin dapat hidup sendiri di dunia.
Dari beberapa uraian di atas dapat di
simpulkan kelompok sosial (social group) merupakan suatu himpunan atau suatu
kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama,yang disebabkan oleh adanya
hubungan antara mereka yang menyangkut hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling tolong menolong serta rasa
saling memiliki
BAB III
METODE PENGUMPULAN
DATA
A.
Data dan teknik pengambilan data
1.
Data
Dalam penyuluhan ke kelas XII IPS 1 penyusun memperoleh data primer dan
data sekunder.
Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung pada saat
penelitian.
Data sekunder adalah data yang di peroleh secara tidak langsung.
2.
Teknik pengumpulan data
Teknik yang di gunakan dalam mengumpulkan data yaitu:
a.
Interview (wawancara)
Penyusun melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dalam
kelompok sosial.
b.
Observasi(pengamatan)
Penyusun telah melakukan
observasi di kelas XII IPS 1.
c.
Dokumentasi
Penyusun telah melakukan
dokumentasi di kelas XII IPS 1 yang berupa data kualitatif.
B.
Teknik analisis data
Teknik yang digunakan dalam analisis data
adalah teknik analisis kualitatif yaitu data yang berupa data kualitatif.
BAB
IV
PEMBAHASAN
- Kelompok Sosial
Kecenderungan
manusia untuk berkumpul mengelompok (gregariousness) itu bukan sekedar naluri.
Kecenderunganitu juga disebabkan oleh kesadaran manusia akan kepentingan
bersama. Pergaulan antar manusia merupakan kebutuhan. Kebutuhan untuk
memudahkan hidup menyadarkan untuk menyatu dengan kelompok individu lain. Maka
timbulah social group. Pengertian kelompok sosial yang pertama adalah suatu
sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain
dan terlibat dalam satu kegiatan bersama. Tentunya perlu dipertajam lebih
lanjut mengenai pengertian ini karena interaksi saja tidak cukup, karena dua
orang saja sudah dapat membentuk kelompok. Pengertian interaksi di sini
haruslah diartikan sebagai interaksi tatap muka, di mana mereka terlibat dalam
ruang dan waktu. Dari sinilah muncul pengertian kedua, yaitu sejumlah orang
yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan
sikap bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma;
tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan
peranan (role) masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa
ketergantungan satu sama lain.
Manusia
dalam kelompok sering bersepakat untuk bekerjasama melakukan pekerjaan bersama,
memecahkan masalah bersama, dan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Hal ini
sering menuntut kompromi atas keinginan pribadi untuk kepentingan kelompok.
Disebut kelompok
sosial apabila :
- Kesedaran setiap anggota bahwa ia merupakan bagian dari kelompok orang yang bersangkutan.
- Ada interaksi di antara sesama anggota kelompok satu sama lain.
- Ada sesuatu yang dimiliki bersama
- Berstruktur kaidah memiliki pola prilaku
- Bersistem dan berproses
Dari beberapa uraian di atas dapat di simpulkan kelompok
sosial (social group) merupakan suatu himpunan atau suatu kesatuan-kesatuan
manusia manusia yang hidup bersama, yang disebabkan oleh adanya hubungan antara
mereka yang menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan
adanya kesadaran untuk saling tolong menolong serta rasa saling memiliki.
- Kelompok Sosial Geng
Kelompok sosial memiliki beberapa contoh diantaranya adalah
klik (clique) yaitu sebuah kelompok kecil dalam ilmu sosial. Klik merupakan
bagian dari klasifikasi kelompok sosial informal. Kelompok sosial informal
yaitu kelompok yang tidak berstruktur formal maupun organisasional timbul
akibat respon dari kebutuhan sosial. Misalnya, beberapa pelajar yang bersahabat
tiap hari berkumpul belajar dan melakukan aktivitas bersama ketika istirahat
dan menjadi sebuah kelompok kecil. Selanjutnya mungkin kelompok belajar
tersebut berkembang lebih luas karena bersatu dengan kelompok sahabat-sahabat
yang lainnya. Perkembangan lebih luas itu antara lain disebabkan karena ruang
lingkup pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kelompok klik ini
secara ideal memiliki peranan yang penting dalam peningkatan motivasi belajar
dan keberhasilan studi serta pengembangan kepribadian.
Menurut Soerjono Sukamto peranan positif klik terhadap
remaja adalah sebagai berikut :
- Rasa aman karena dianggap penting dalam keanggotaan, dan penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
- Dapat menyalurkan rasa khawatir, rasa kecewa, rasa gembira bersama teman-teman klik dan mendapatkan tanggapan.
- Klik memungkinkan mengembangkan sifat-sifat ketrampilan bersosialisasi sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
- Klik mempunyai pola prilaku kaidah-kaidah yang mendorong remaja menuju kedewasaan.
- Rasa aman yang ditimbulkan karena kebersamaan anggota klik menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri.
Namun
di balik peranan positif itu juga terdapat hal negatif. Hal negatif inilah yang
seharusnya menjadi peran dan tugas para orang tua, guru, maupun pihak yang
bertanggung jawab untuk memberikan pencegahan. Hal-hal negatif itu antara lain
sebagai berikut :
- Menimbulkan sikap diskriminatif bagi yang bukan anggota klik sehingga muncul sikap kurang adil.
- Mendorong terjadinya sikap individualisme karena kepatuhan hanya bersikap pribadi.
- Kadang muncul rasa iri hati dari mereka anggota klik yang kurang mampu terhadap yang berasal dari keluarga yang berada.
- Kesetiaan terhadap klik kadang membuat mereka menentang terhadap orang tua, saudara, dan kerabatnya.
- Klik kelompok yang tertutup dan sulit sekali di tembus sehingga penilaian sulit dilakukan oleh pihak luar.
- Klik mendorong anggota-anggotanya untuk menyerasikan diri dengan pola dan latar belakang yang sama, sehingga sulit mengadakan penyesuaian terhadap pihak yang berbeda latar belakangnya.
Kalau seorang remaja menjadi sebuah anggota klik tertentu
sebaiknya orang tua mempertimbangkan secara mantap dahulu sebelum memberikan
sebuah keputusan. Karena jika klik tersebut kurang baik maka akan berkembang
menjadi sebuah “geng”.
Geng merupakan salah satu dari kelompok sosial yang dapat
tercipta dalam lingkungan sekolah hal ini dapat terjadi disebabkan karena pada
dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup
sendiri di dunia. Terlebih lagi Sekolah Menengah Atas yang muridnya merupakan
remaja yang secara psikologi kemampuan berpikir mereka sedang berkembang,
memperluas pergaulan sesama siswa dan berpaling kepada teman sebaya yang lebih
mengerti kondisi emosi kita. sehingga tidak menerima lagi masukan orang tua
secara mentah-mentah .dan sekolah merupakan tempat kedua mereka setelah dirumah
karena sebagian waktu mereka dalam sehari mereka habiskan di sekolah. jadi
sangat memungkinkan sekolah menjadi sarana untuk hal tersebut.
Subkultur geng anak muda, kata kriminolog Cloward dan Ohlin,
akan tumbuh subur tergantung pada tipe atau cara pertentangan di mana mereka
tinggal. Ada tiga tipe geng, pertama, geng pencurian (thief gangs), mereka
berkelompok melakukan pencurian yang mula-mula hanya untuk menguji keberanian
anggota kelompok. Kedua, geng konflik (conflict-gangs) kelompok ini suka sekali
mengekpresikan dirinya melalui perkelahian berkelompok supaya tampak gagah dan
pemberani. Ketiga, geng pengasingan (retreats gangs), kelompok geng ini sengaja
mengasingkan dirinya dengan kegiatan minum minuman keras, atau napza yang kerap
dianggap sebagai suatu cara ”pelarian” dari alam nyata. Tetapi bisa saja sebuah
geng memiliki lebih dari satu macam tipe. Dalam geng seringkali tumbuh subkultur
kekerasan (subculture of violence). Munculnya subkultur itu disebabkan oleh
adanya sekelompok orang yang memiliki sistem nilai yang berbeda dengan kultur
dominan. Hal ini diperparah oleh adanya perubahan yang cepat (reformasi) dalam
masyarakat. Perubahan pada struktur sosial memperlemah nilai-nilai tradisional
yang berasosiasi dengan penundaan kepuasan, belum lagi peningkatan jumlah anak
muda dari kelas menengah yang tidak lagi memiliki keyakinan bahwa cara untuk
mencapai tujuan mereka adalah melalui kerja keras dan menunda kesenangan.
Mereka terlibat dalam delinquent gang, hate gang, atau satanic gang (pemuja
setan) yang berkembang di kalangan anak muda kelas menengah di Amerika Serikat.
Di Indonesia keberadaan geng ini tidak sama dengan di AS, karena perbedaan
kultur. Meskipun demikian, secara umum ada karakteristik yang sama untuk remaja
di seluruh dunia. Mereka energik dan dinamis, senang mencoba hal baru yang
penuh tantangan dan memiliki keingintahuan yang besar serta sangat terfokus
pada diri sendiri.
- Penyebab Munculnya Geng Sekolah
Teori
Pembentukan Kelompok yang lebih Komprehensif adalah suatu teori yang berasal
dari George Homans. Teorinya berdasarkan aktifitas–aktifitas,
Interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga Elemen ini
satu sama lain berhubungan secara langsung. maksudnya semakin tinggi aktivitas
seseorang, Interaksi seseorang maka semakin tinggi pula sentimen yang
ditularkan (shared) kepada orang lain sehingga pembetukan kelompok pun semakin
cepat.
Salah satu teori yang agak menyeluruh (compherensive)
penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance
theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb Teori ini
menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas
kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain.
Sedangkan teori lain adalah didasarkan pada alasan-alasan
praktis (Practicalities of group formation) contoh. seorang siswa mungkin
mengelompok disebabkan karena alasan ekonomi, keamanan atau alasan- alasan
sosial demikian seterusnya, alasan–alasan praktis ini membuat orang-orang dapat
mengelompok dalam satu group. yang teramat penting dalam memahami pembentukan
kelompok–kelompok itu cenderung memberikan kepuasan terhadap
kebutuhan–kebutuhan sosial yang mendasar dari orang–orang yang mengelompok
tersebut.
Teori-teori di atas merupakan beberapa gambaran mengenai
pembentukan kelompok sosial dalam sebuah lingkungan khususnya lingkungan sekolah. Jika kita hubungkan dengan yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentang pembentukan kelompok geng pendapat
itu bisa merupakan beberapa penyebab pendukung.
Namun selain hal tersebut diatas yang menjadi faktor penyebab
munculnya geng pelajar di kelas XII IPS 1 dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Pengawasan kegiatan anak setelah kegiatan di sekolah yang masih kurang.
- Kurangnya kegiatan di luar akademik yang sesuai dengan bakat dan minat remaja.
- Peraturan yang kadang membuat siswa bosan dan memilih hal-hal yang menghindar dari peraturan tersebut.
- Munculnya orang-orang di luar lingkungan pendidikan yang mempengaruhi dengan memberikan pengetahuan-pengetahuan negatif sehingga terbentuk geng.
- Pencarian jati diri untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaan.
D. Prilaku Geng
Kelompok geng pelajar khususnya yang marak di kelas XII IPS
1 akhir-akhir ini cenderung masuk ke dalam bentuk conflict gangs. Karena
kejadian perkelahian hingga menimbulkan korban sering terjadi dengan bertemunya
beberapa kelompok pelajar. Satu-satunya penanda keberadaan dan kolektivismenya,
hanyalah logo atau inisial singkatan nama geng yang berceceran dimana-mana.
pokoknya ditempat-tempat umum yang mudah dilihat orang. penyebaran ini dengan
corat–coret dinding akan semakin baik bila semakin banyak dan bertujuan untuk
Pertama, dikenal masyarakat, kedua merupakan simbol bahwa kekuatan (kekuasaan)
mereka juga besar, ketiga sebagai kampanye menarik calon simpatisan namun
biasanya pada tempat–tempat tertentu yang jelas bahwa yang jelas berada dalam
kekuasaan geng tertentu, biasanya geng lain tak berani mengadal, posisi ketua
akan intimidasi terhadap geng yang lebih besar.
Dalam struktur sosial geng, posisi ketua tak ubahnya raja
kecil. Selain jadi panutan, pelindung, juga menjadi motor penggertak aktivitas.
Maka ketua biasanya anak pilihan pemberani, cerdik, licik, disegani. Sebab kata
dan tidakannya merupakan hukum dan tidakannya merupakan hukum serta
undang-undang yang harus dipatuhi anak buahnya. dan biasanya kekuasaan tidak
hanya berlanjut pada sisi itu saja tapi kepada hal materi baik secara periodik,
maupun incidental.
Mulai dari pucuk pimpinan sampai ketua dalam lingkungan
tertentu mereka pulalah yang paling banyak memperoleh manfaat nyata dari
tradisi geng dilihat dari posisi pribadinya sebagai remaja, sembilan puluh
persen aktivitas geng sama sekali tidak mencerminkan manfaat positif bagi
pelakunya dan kegiatan–kegiatan geng dimana–mana sama yakni menjurus ke hal-hal
yang bersifat destruktif. Sama sekali bukan kegiatan kepemudaan yang
konstruktif.
E. Mengurangi dan Menghilangkan Kegiatan
Negatif Geng
Hal-hal negatif akibat dari adanya geng sebenarnya tidak
dapat langsung dihilangkan hanya dapat dikurangi secara perlahan. Karena
karakteristik remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri jika di
berikan hukuman akan berdampak buruk pada perkembangan. Pemberian hukuman atau
labeling pada siswa yang telah melakuan kekerasan atau perkelahian bukan solusi
yang efektif. Pasalnya selain tidak menyelesaikan persoalan yang ada, pemberian
hukuman atau labeling tersebut justru bisa memicu siswa untuk melakuan tindakan
serupa.
Untuk
mengatasi persoalan itu selain memberikan fasilitas untuk menyalurkan bakat dan
kreativitas siswa, sinergitas antara masyarakat, sekolah, dan orang tua mutlak
diperlukan. Guru tidak boleh memberikan hukuman yang keras terhadap siswa yang
melakuan kenakalan remaja. Sebab selain bisa menimbulkan dampak psikologis,
anak yang pada awalnya ingin berubah, karena tidak diberi kesempatan justru
menjadi semakin terjerumus. Persoalan itu semakin bertambah rumit karena
orangtua, sekolah dan masyarakat tidak memiliki cara atau fasilitas yang
mendukung, sementara remaja sekarang semakin kreatif.
Kasus kenakalan remaja seperti perkelahian bisa terjadi
karena adanya rasa gengsi yang tinggi. Akibatnya untuk mempertahankan rasa
gengsi tersebut tidak sedikit di antara mereka yang berbuat nekat termasuk
melakukan perkelahian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan
Permasalahan geng dan perkelahian pelajar kelas XII IPS 1mungkin
masuk dalam permasalahan yang sudah lama namuntidak seperti yang terlihat
akhir-akhir ini. Sebenarnya geng jikatidak melakukan hal negatif itu sah-sah
saja, akan tetapi yangada geng rata-rata tetap negatif yang ditonjolkan.
- Saran
Seharusnya ada pola-pola pembinaan, sehingga anak bisa
menyalurkan kreativitas atau kelebihan energi yang dimiliki ke hal-hal positif.
Saya optimis selama sekolah bisa mewujudkan hal tersebut terjadinya perkelahian
bisa dikurangi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://rezachudhechie.blogspot.com